November 18, 2009 oleh shusaku
Jam enam sore di gedun
g perkantoran berlantai 20 itu terlihat mulai lenggang, b
anyak pekerja pejabat sudah pulang, yang tersisa hanya mereka yang lembur, satpam yang menjaga gedung, dan para petugas kebersiha
n yang menyelesaikan pekerjaannya. Zuhri adalah salah satu di antaranya, ia adalah office boy yang bekerja di kantor itu. Ia sedang mengumpul sampah-sampah di tingkat 12 ke dalam tab sampah dorong sambil bersiul-siul kecil. Ketika sedang bersih-bersih di sebuah bilik yang disekat partisi, matanya diam-diam mencuri pandang pada seorang gadis cantik yang sedang sibuk di depan komputernya sambil berbual lewat ponselnya. Gadis itu bernama Arline, 24 tahun, salah satu staff accounting di syarikat insurans yang terletak di tingkat 12 itu, s
aat itu ia sedang menyelesaikan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi. Sudah sering Zuhri melongo dan menelan ludah karena pesona kecantikan Arline, apalagi gadis itu sering memakai baju seksi di pejabat. Hari itu Arline memakai kemeja putih lengan pendek di balik blazernya dipadu rok biru tua yang menggantung sejengkal di atas lutut. Pahanya yang ramping dan mulus itu dibungkus stoking telus yang senada dengan warna kulitnya. Zuhri merasakan seluarnya semakin sesak saja ketika lewat di depan gadis itu yang tersenyum basa-basi padanya.
Arline
"Idiihhhhh" wajah Zuhri mendadak berubah saat ia memalin
gkan wajahnya ke depan, Mpok Minah tersenyum lembut kepadanya, kemungkinan besar Mpok Minah Naksir berat pada Zuhri, wajah Mpok Minah yang berbanding terbalik dengan Arline, bagaikan langit dan bumi, bagaikan hitam dan putih, yin and yang, membuat Zuhri bergidik membayangkannya
"Nasib ... nasib ... barang bagus tapi cuma bisa dipelototin aja!" Keluhnya dalam hati.
Zuhri merasa bagai pungguk merindukan bulan, tentu saja dengan tampang yang jauh di bawah standard, wajah ndeso dengan bibir tebal juga kocek yang untuk menghidupi diri sendiri saja kadang setengah mati, mana mungkin boleh mendapatkan gadis cantik berpendidikan seperti Arline. Di usianya yang sudah menginjak 31 tahun, Zuhri belum pernah berpacaran, karena sifatnya yang pendiam dan susah bergaul itu. Paling banter dulu di kampungnya pernah dekat dengan seorang gadis, tapi gadis itu pun akhirnya berkahwin dengan lelaki lain pilihan orang tuanya. Ia ke ibukota untuk mengubah nasib dengan mendapat wang lebih banyak tapi nyatanya seperti lagu "siapa suruh datang Jakarta".
Ia menghela nafas perlahan sambil membuka tab sampah dorongnya dan menuangkan sampah dari tong sampah dari bawah meja. Sebelum menutup semula pen
utup tab sampah itu, tiba-tiba matanya tertumbuk pada sebuah benda berwarna merah mencolok.
"Eh apaan tuh?" Tanyanya dalam hati
Zuhri meraih benda itu dari antara tumpukan sampah-sampah lain, ternyata adalah sebuah dildo berbentuk aneh, hujungnya berbentuk kepala babi. Batangannya yang sepanjang lebih kurang 25cm terbuat dari bahan karet yang lembut.
"Wew ... kok bisa ada barang ginian ya?"
Setelah membersihkan bilik itu, Zuhri tidak akan turun ke bawah, ia ke ruangannya terlebih dulu untuk minum dan berehat sebentar. Dinyalakannya TV kecil di bilik itu, di TV nampak Grace Natalie sedang mewawancarai Ali Muchtar Ngabalin, anggota DPR yang pro UU Pornografi.
"Bila gua diwawancara sama Mbak Grace ya!" Katanya dalam hati menatap wajah cantik salah satu pembawa berita kegemarannya itu.
Ketika iklan, Zuhri mengeluarkan dildo aneh tadi dari saku celananya dan diamat-amatinya sejenak.
"Hehehe ... jangan-jangan punya si nenek sihir Selmy itu" ia nyengir-nyengir membayangkan Bu Selmy, salah satu staff senior yang galak dan suka ngomel-ngomel terh
adap siapapun yang kerjanya tidak sesuai keinginannya, ya namanya juga perawan tua, mau apa lagi coba ?
Iseng-iseng Zuhri menekan butang yang terletak di bawah dildo itu dan bbbzzzzz ... .. benda-benda itu pun bergetar.
"Weis ... masih jalan lagi!"
Namun tiba-tiba getaran benda itu makin keras saja seperti alat pengerudi jalan sehingga Zuhri pun sampai kaget dan benda-benda itu terlepas dari genggamannya saking kuatnya getarannya. Ketika jatuh ke lantai, bles ... tiba-tiba seberkas cahaya yang sangat menyilaukan membuat Zuhri tidak kuat sehingga perlu menutup matanya dengan kedua tangan.
"Buset ... alamak ... apaan nih!?" Ia sampai jatuh ke lantai kerana kaget.
"Huahahaha ....!" Tiba-tiba terdengar sebuah suara tawa
"Heh ... sapa lo? Mahluk apaan lo? "Zuhri melongo dan menunjuk-nunjuk pada lelaki berkostum aneh yang muncul di hadapannya itu.
Lelaki kurus tinggi itu memakai kostum yang eksentrik, sebuah tetapan ketat yang dadanya terbuka sehingga menunjukkan bulu-bulu dada dan tulang-tulang yang dicetak di kulitnya, juga memakai topeng merah dan kacamata hitam yang menutupi sebahagian wajahnya, hanya bahagian mulut yang terlihat yang dihiasi kumis dan janggut tipis.
"Wahahaha ... kenalin gua Jin Dildo hahhaa!" Lelaki aneh itu memperkenalkan diri tanpa berhenti tertawa.
"Apa? Jin ... Dildo? Jadi lu berasal dari barang itu? "Tanya Zuhri yang masih terheran-heran sambil memandang dildo babi yang tergeletak di lantai.
"Yo'i .... Tepat sekali, kaya jin lampunya Aladin itu loh, cuma kalau gua dari dildo" jelasnya.
Zuhri mencubit-cubit pipinya sendiri masih tidak percaya dan mengira ini hanyalah mimpi.Bisa-bisanya di jaman serba komputer begini ada jin-jinan, jin dildo pula, benar-benar konyol sehingga ia belum mempercayai pengelihatannya sendiri. Dengan menggunakan jari telunjuk Zuhri cuba mencokel belek di sudut matanya, ajib benar, Jin Dildo masih berdiri di tempatnya, bererti ini bukan halusinasi ..!!
Jin Dildo
"Kerana kamu telah mengeluarkan saya, maka saya
juga akan memberikan kamu satu permintaan" lanjutnya dengan gaya bicara yang aneh.
"Hahaha ... bener nih? Kalau gitu gua minta duit setrilyun boleh dong? "Zuhri masih belum percaya dan memandang sinis pada lelaki itu.
"Wah-wah-wah ... bukan permintaan seperti itu" katanya lagi, "kalau kamu minta duit, minta jadi penguasa dunia, minta hidup abadi, itu sih saya gak bisa"
"Yeee ... katanya jin bisa ngabulin permintaan, taunya cuma jin karbitan" Zuhri melambaikan tangan dengan wajah sinis pada lelaki aneh itu.
"Wowowo ... denger dulu dong coy, gua tuh cuma bisa ngabulin permintaan tentang seks, ja
di fantasi seks setiap orang yang ngeluarin gua, gua sanggup mewujudkannya!" Terangnya sambil tangannya ikut bermain seperti pelawak pantomim.
Zuhri bengong menatap lelaki yang mengaku jin itu. Ia tak percaya mendengar pengakuan
lelaki itu. Bisa-bisanya dia membual dapat mewujudkan fantasi seks dengan isteri orang yang membebaskannya dari dildo aneh itu, ini semua hanya ada dalam dongeng anak-anak, pikirnya.
"Jadi kamu masih belum percaya? Gimana kalau saya buktikan dulu? "Tantang lelaki aneh itu," nah liat tuh si penyiar berita cantik itu, kamu pengen kan ngeliat dia ngeseks di depan layar masa bawain berita? "Tanyanya.
"Wahaha ... pengen banget lah, tapi cuma mimpi kali yee!" Kali ini Zuhri tertawa geli mendengarnya kerana hal itu adalah mustahil.
"Tekk ..." Jin Dildo menjentikkan jarinya dan senyum lebar di wajah Zuhri akan memudar berganti melongo memandang skrin televisyen.
----------------
Grace Natalie vs Ali Muchtar ngibulin
... ... ..
"Oke baik Pak ... sekarang ini kan batasan mengenai pornoaksi sendiri itu kan masih belum jelas, nah, kalau menurut Pak Ali sendiri yang dimaksudkan pornoaksi itu yang seperti apa aja sih Pak?" Tanya Grace Natalie pada lelaki bersorban dan berjanggut itu mengenai undang-undang yang menimbulkan kontroversi tersebut.
"Aaahh ... baiklah mengenai hal yang satu ini saya akan berikan contoh konkritnya" jawab Ali Muchtar Ngabalin sambil mendekatkan duduknya ke arah Grace yang mewawancarainya.
"Yang seperti ini Mbak boleh dikategorikan sebagai pornoaksi" lanjutnya sambil meletakkan tangannya di paha Grace dan bergerak menyingkap rok hitam selututnya hingga paha mulusnya terlihat, "juga yang seperti ini" tangannya yang satu meraih payudara kiri Grace dan meremasnya dari balik blazernya.
"Pak ... tolong jaga tingkah Bapak, kita lagi siaran!", Kata Grace tegas, tapi anehnya dia membiarkan tangan lelaki itu tetap mengelus-elus pahanya, wajah cantiknya terlihat merona merah, matanya makin sayu
"Pak ini ... mmmm!" Grace hendak berdiri dan menyentaknya, namun Ali Muchtar dengan sigap mendekap tubuhnya dan memagut bibirnya dengan ganas.
Anehnya Grace malah menyambut pagutan lelaki itu dengan tak kalah agresif. Kamera mendekat dan menfokuskan ke arah mulut mereka sehingga lidah mereka yang saling membelit terlihat jelas di layar kaca. Tanpa melepas cumbuan, tangan Ali Muchtar mempreteli satu-satu kancing baju Grace sehingga menyembullah buah dada penyiar berita cantik itu yang masih dibungkus bra hitam berenda. Grace yang sudah larut dalam birahi menggerakkan tangannya menanggalkan pakaian luarnya yang telah dipreteli kancingnya sehingga dari pinggang ke atas ia hanya tinggal hanya memakai bra. Ali Muchtar menarik turun cup bra yang sebelah kiri lalu mulutnya yang tadinya mencium bibir Grace dengan cepat berpindah ke payudaranya yang sudah terbuka. Tangannya yang lain dengan lincah menarik turun resleting roknya lalu meloloskannya dari paha jenjang wanita itu.
"Nah kalau yang ini namanya pornografi iaitu mempertontonkan aurat di depan umum" kata Ali Muchtar sambil menjilat puting Grace yang berwarna coklat, saat itu kamera terfokus pada wajahnya yang tengah mesum itu.
Grace mendesah-desah dengan wajah menengadah merasakan kenikmatan yang menjalari tubuhnya. Tangannya lalu menurunkan jas lelaki itu. Setelah itu ia membiarkan tubuhnya dibaringkan lelaki itu pada sofa, lalu lelaki itu melepaskan kancing branya yang terletak di dada. Kini payudara Grace terdedah kepada jelas, kedua-dua gunung kembar itu nampak naik turun seirama nafas pemiliknya yang memburu. Penyiar berita cantik itu kini tinggal mengenakan celana dalam dan kasut haknya. Lelaki bersorban itu menyeringai mesum menatap tubuh mulus Grace. Ia membuka sabuknya dan menurunkan resleting celananya sendiri.
"Sekarang saya akan peragakan bagaimana kaum lelaki juga boleh dikenakan pasal undang-undang ini" katanya sambil membuka seluar
Grace tampak terhenyak melihat zakar Ali Muchtar begitu benda itu menyeruak keluar dari balik seluar dalam lelaki itu. Ukurannya termasuk besar dengan kepala bersunat, bulu-bulunya juga selebat janggut yang tumbuh di bawah mulutnya. Lelaki itu meraih tangan Grace menggenggam penisnya yang telah tegang itu, ia turun dari sofa dan berdiri di hadapan Grace.
"Kalau ini dikategorikan pornoaksi, melakukan aksi yang membangkitkan nafsu birahi di depan umum" katanya sambil membawa wajah cantik Grace ke selangkangannya, kepala zakar lelaki itu tinggal terletak 1 cm saja dari bibir Grace.
Tahu apa yang diinginkan si ahli dewan 'yang terhormat' itu, Grace mulai menjilati dan menghisap zakar itu dengan bernafsu. Kamera mendekat ke wajah cantiknya mensyuting wajah penyiar berita cantik itu yang sedang melakukan oral seks, pipinya tampak menggelembung kerana kepala zakar lelaki itu. Ali Muchtar mendesah keenakan, ghairahnya semakin meletup terutama ketika matanya bertemu mata Grace yang sesekali memandang ke atas.
"Uuuhh ... sepongan Mbak Grace emang top banget!" Lenguh lelaki bersorban itu keenakan.
Sambil mengulum zakar itu, Grace juga meramas-ramas teteknya sendiri, dari mulutnya terdengar gumaman tak jelas. Tak lama kemudian tangan kirinya yang meramas teteknya itu merambat ke bawah dan masuk ke celana dalamnya, satu-satunya kain yang tersisa di tubuhnya. Nampak tangannya bergerak-gerak di balik celana dalam hitam itu.
Ali Muchtar, yang makin merem-melek menahan nikmat, menarik lepas penisnya dari mulut Grace sebelum ejakulasi awal. Ia kembali duduk di sofa dan mendakap tubuh mulus Grace.
"Sudah jelas kan mengenai apa itu pornografi dan pornoaksi itu?" Tanya Ali Muchtar sambil menciumi payudara Grace yang montok.
"Iyah Pak ... aahh ... jelasshh!" Desah Grace dengan mata terpejam kerana lelaki itu menyedut-nyedot putingnya.
Ia nampak pasrah ketika tangan lelaki brewok itu menarik lepas celana dalamnya bahkan menggerakkan kakinya seolah membantu lelaki itu menelanjanginya. Kini tubuh Grace Natalie, sang penyiar berita cantik itu sudah tidak tertutup apa-apa lagi. Ali Muchtar lalu menaikkan kaki kanan Grace ke sofa kedua-dua belah pahanya mekangkang dan memperlihatkan vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu hitam lebat.
"Nah ... menunjukkan alat kelamin di depan kamera seperti ini juga boleh disebut pornoaksi" kata Ali Muchtar sambil menunjuk vagina Grace yang diserlahkan kamera.
"Sekarang saya tunjukkan juga aktiviti lain yang boleh dikenakan pasal pornoaksi contohnya begini ..." jelasnya sambil meletakkan diri di antara kedua-dua paha wanita itu, satu tangannya memegangi penisnya untuk diarahkan ke vagina yang sudah basah itu. Kepala zakar yang mirip cendawan itu pun menyentuh bibir faraj Grace, namun lelaki itu tidak akan memasukkannya, ia menggesek-gesekkannya terlebih dulu sehingga penyiar cantik itu menggeliat dan mendesah kerana rasa geli yang nikmat.
"Masukin Pak ... aaahhh ... saya mohon!" Desahnya sambil meremasi payudaranya sendiri.
Ali Muchtar menyeringai melihat reaksi Grace, wajahnya yang sudah seperti bandit padang pasir itu semakin terlihat memuakkan dengan senyum mesumnya itu. Saat itu barulah ia menekan penisnya hingga memasuki vagina Grace. Penyiar cantik itu pun membeliakkan mata dan mendesah, zakar lelaki berjanggut itu semakin dalam memasuki vaginanya dilanjutkan dengan gerakan menyodok. Mula-mula pukulan itu cukup lembut, namun pukulan-pukulan seterusnya semakin keras dan cepat sehingga sepasang payudara Grace ikut bergoncang-goncang mengikuti sentakan tubuhnya.
Ali Muchtar terus mengepam vagina Grace, tangannya makin kuat meramas-ramas payudara wanita itu. Kamera kini menangkap wajah Grace yang tengah mengap-mengap mengeluarkan desahan nikmat, ia terlihat makin menggairahkan dengan ekspresi seperti itu apalagi kedua pipinya yang putih bersemu kemerahan menahan rangsangan. Sepuluh minit kemudian, lelaki itu melepas penisnya dari vagina Grace kemudian ia membaringkannya menyamping menghadap kamera. Paha kiri penyiar cantik itu ia angkat dan pasang ke bahunya. Setelahnya kembali ia masukkan penisnya ke vaginanya, kali ini nampak lebih mudah kerana lubang intim itu sudah sangat basah. Lelaki itu melanjutkan genjotannya, dengan posisi demikian ia dapat merasakan pahanya yang berbulu itu bergesel dengan paha mulus Grace. Ia menggelinjang dan mendesah setiap kali ahli dewan itu menyentakkan pinggulnya, tangannya kadang meremasi sofa dan kadang meramas teteknya sendiri.Genjotan itu makin lama makin kuat, akhirnya Grace dilanda orgasme hebat, pinggangnya sampai melengkung seolah mengekspresikan nikmat yang amat sangat itu. Beberapa kali tubuhnya tersentak sentak sampai akhirnya melemas, kakinya yang melejang-lejang sampai lelaki itu harus memeganginya dengan kuat agar tidak tertendang. Namun ia masih menggenjotnya dengan bersemangat hingga sekitar lima minit kemudian. Ali Muchtar mencabut penisnya dari vagina Grace lalu dengan untuk buru-buru ia berdiri di dekat wajah wanita itu.
"Crett ... crett ... aaaahhh!" Desahnya sambil menyemprotkan spermanya ke wajah Grace yang telah terkulai lemas di sofa.
Cecair putih kental itu menyembur deras bagaikan kilang minyak, bercipratan membasahi wajah cantik itu. Grace membuka mulutnya membiarkan percikan itu masuk, rambutnya yang hitam pendek itu juga terkena percikan sperma. Setelah semprotannya reda, Grace meraih zakar itu lalu menjilat sisa yang masih menitis pada kepala zakar itu. Ali Muchtar mendesah keenakan sambil meremas rambut Grace kerana menahan nikmat penisnya yang seperti cendawan hitam itu disedot-sedot. Sesudahnya, Grace mengelap percikan di wajahnya dengan jarinya, dihisapnya jari-jarinya yang belepotan sperma itu.
Ali Muchtar menghempaskan dirinya di sofa setelah menikmati orgasme dahsyat tadi. Ia meraih tubuh telanjang Grace yang belum pulih benar. Ia naikkan wanita itu ke pangkuannya dalam kedudukan menyamping, tangannya yang satu menyangga punggung wanita itu dan satunya meraba-raba tubuh mulusnya.
"Demikian penjelasan saya tentang pornografi dan pornoaksi, apa ada yang ditanyakan lagi?" Katanya.
"Prrrggghhhhh ... baik Pak, sekarang kita akan hadirkan narasumber lain untuk sshhh ... membahas lebih jauh" kata Grace masih termengah-mengah.
"Sila ... saya berharap narasumber yang cantik supaya kita bisa main bareng pusingan seterusnya" katanya mesum sambil mengelusi paha dalam Grace.
"Baiklah pemirsa ... kita sambut narasumber seterusnya ... Ratna Sarumpaet!!"
Ali Muchtar langsung terhenyak mendengar nama itu terlebih ketika wanita paruh baya itu muncul dengan mengenakan lingerie seksi membuat penisnya tambah menyusut, wajahnya memucat seperti orang mati.
Ratna Sarungkaret ehh ... Sarumpaet
"Selamat malam Pak Ali, ayo sekarang kita bahas pro kontra UU Pornografi!" Sapa Ratna genit, "kalau saya pakai kaya gini itu porno gak Pak?"
"Waaaa ... kenapa yang nongol kok kaya gini?" Ali Muchtar bangkit dari sofa dan mundur-mundur melihat wanita itu mendekati mereka.
"Ayo dong Pak ... Bapak kan suka nyerang saya terus tiap bicarain undang-undang ini, ayo sini dong Pak katanya mau main bareng!"
"Wadow tobat!! Gak mau!! Saya pulang aja! "Ali Muchtar langsung berbalik dan Ratna Sarumpaet langsung mengejarnya.
"Demikian penonton tentang pembicaraan malam ini tentang pornografi dan pornoaksi" kata Grace ke arah kamera dengan gayanya ketika membawakan berita namun tanpa memakai pakaiannya, sesekali ia nampak menyeka ceceran sperma di bibirnya, "saya Grace Natalie undur diri"
"Aaaahhh ... tuuuluuunggg!! Saya mau diperkosa!! "Ali Muchtar lewat di belakang sofa berlari tanpa celananya yang belum sempat dipakai, serbannya sudah miring sebelah, kemeja dan jasnya sudah acak-acakkan. Sedetik kemudian Ratna Sarumpaet juga muncul lagi di depan kamera berlari mengejar sambil memanggil nama lelaki itu.
----------------
Zuhri mengucek-ngucek matanya seakan belum percaya pada pengelihatannya sendiri.
"He .. he .. he ... bagaimana? Kamu sudah percaya? "Tanya Jin Dildo.
"Ppp .. pef .. percaya, PERCAYA jadi ... jadi semua ini kamu yang ngatur? "
"Yo'i ... kamu kira saya gak serius? Sekarang apa fantasi seks terliarmu? Saya akan bantu mewujudkannya "kata Jin Dildo sambil menggaruk-garuk selangkangannya.
Zuhri memegang dagu dan memikirkan apa yang akan dimintanya dari jin ini.
"Nih ambil!" Sahut Jin Dildo seraya melemparkan sesuatu pada Zuhri yang masih belum selesai berfikir selepas lima minit
"Buat apaan ini? katanya mau mengabulkan permintaan, koq malah dikasih kondom?? "
"Yee denger dulu dong, kamu cukup melemparkan kondom itu ke arah wanita yang kamu sukai, setelah itu permintaanmu untuk bercinta dengannya akan terkabul!!"
"WAh, nggak bener nihhhh!! Gimana kalau kondomnya nggak berfungsi?? gimana kalau dikasih testernya dulu "
"TESTER??? Loe pikir kuih?? ya udahlah ngalarisan, nihhhh ... turun! "Jin Dildo memberikan kondom yang ukurannya lebih kecil untuk digunakan sebagai tester.
Zuhri lalu keluar dari ruangannya, didengarnya suara langkah kaki di koridor samping, ia akan mendatangi asal suara. Seorang gadis cantik sedang berjalan ke arah tangga turun dekat lif, nampaknya ia hendak ke lantai di bawahnya saja kerana tidak mengambil lewat lift.Dengan hati was-was Zuhri mengeluarkan kondom tester dari Jin Dildo. Dasar Zuhri, biarpun cuma sebagai tester ia tidak mahu rugi, dipilihnya yang bening pula. Dengan gerakan cepat dari atas tangga Zuhri menjatuhkan kondom tester di tangannya ke arah si gadis yang sedang berjalan turun
"Criiinggg ...."
"Ehhh?? LHAAAAAA ....!! "
"Plekkkkk ... .." lemparan Zuhri malah meleset dikit dan mengenai sesuatu yang lain yang membuat lutut Zuhri gementar hebat.
"Mas, sini dooonggg ..." terdengar suara merdu imitasi.
"Ehhh ... enggak .., enggak makasih ...."
"Masss ayooo dooonggg!" Suara itu terdengar semakin merdu dan manja.
"Nggakk usah,,., Nggak usahhhh ..., makasihh ... suzz!" Zuhri akan mundur teratur.
"Masss SINI DOOOONGGG, WOIII, MO LARI KEMANA!?? GUA BERI LUHHH!! "Nada suara merdu dan manja itu mendadak berubah menjadi asalnya.
"MAMPUS dahh ...!!, WOAAWWWWW!" Tanpa perlu berfikir dua kali Zuhri mengeluarkan ilmu meringankan tubuh dan berlari sekencang-kencangnya tanpa menoleh ke arah suara berat mirip seperti suara bass betot itu
"NGOSS-HHH, Ngoossh, uhukkk, NMGOSSS" selepas berlari putar-putar mengelakkan pengejar itu Zuhri akhirnya memasuki ruanganna sendiri dan berhenti berlari, sesekali ia menengok lewat jendela ke luar dengan wajah ketakutan. Di belakangnya muncul kepulan kabut yang semakin tebal dari balik kabut muncullah Jin Dildo.
"Nahh gimana? ampuh bukan?? "tanyanya sambil menyeringai
"Ampuh apanya?? Kira-kira dong, masa saya dikasih yang kaya begituan, saya ini adalah perkara biasa Om Jin,!! sukanya ama yang bening bening!! "Zuhri membentak Jin Dildo
"Lohhh, yang salah sasaran kan ente buka ane!! yang kena lempar malah Ivan Gunawan! "Jin Dildo balas membentak, nyali Zuhri langsung menciut melihat sikap galak Jin Dildo.
"Tenang Omm, tenangg ... orang sabar banyak rejeki"
"Ya sudah, sekarang ga usah pake kondom-kondoman, langsung aja ucapin permintaannya, ingat cuma satu permintaan, kalau sampai salah .. KASIAN DEH LOEEE!"
"Langsung aja? Jadi ga usah pake lempar-lemparan kondom kaya tadi? "
"Yup tinggal ucapkan keinginan, nanti gua yang ngatur gimana kejadiannya, gitu aja" Jin Dildo mengangguk
"Ya illah ... kenapa baru sekarang bilangnya? Gua udah ampir diembat sama diva jadi-jadian tau ga sih! "Kata Zuhri dengan wajah dongkol, kecele, dan agak sebal dengan si jin ini.
"Ya abis situ mikirnya lama banget tadi, ya gua kasih itu aja biar segera tinggal lu lempar!" Tangkis Jin Dildo.
Walaupun sebel, Zuhri kini memikirkan baik-baik apa fantasi terliarnya yang terpendam, ia tak mau salah lagi kerana kesempatannya cuma satu saja. Kini ia baru teringat lagi dengan Arline yang diidam-idamkannya, saking antusiasnya tadi ia sampai lupa memikirkan gadis idolanya di pejabat ini. Senyumnya langsung mengembang di bibir tebalnya.
"Hhhmmm ini aja, di kantor sini ada karyawati cantik banget namanya Arline, dia sekarang di lagi beresin pekerjaan di ruangannya, cuba atur supaya saya bisa ngentot sama dia, gimana bisa ga?" Tanya Zuhri penuh harap.
"Cuma gitu aja? Dengan cara bagaimana? Ingat permintaannya cuma satu, cuba pikir baik-baik fantasi seks seperti apa yang kamu inginkan bersama dia karena setelah ini kamu tidak akan dapat meminta lagi "tanya Jin Dildo meyakinkan Zuhri sambil menggosok-gosok kedua telapak tangannya.
Zuhri berfikir ulang lagi, bagaimana prosesi seks yang diinginkannya, benar juga kata jin itu, ini kesempatan sekali seumur hidup jadi harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
"Ah begini aja, gua pengen terlibat seks di dalam lif sama Non Arline, kalau bisa sih pesta seks jadi ada cewek lain juga hehehe ..." jawab Zuhri, ia teringat lagi filem semi yang ditontonnya beberapa hari lalu di mana ada adegan sepasang kekasih bercinta di dalam lif.
"Ohoho ... fantasi yang bagus, as your wish!" Katanya
"Es yur wis? Apaan tuh? Mantranya ya? "Tanya Zuhri bingung.
"Itu Bahasa Inggeris ertinya sesuai permintaanmu, dogol!" Kata si jin sambil menggeplak kepala Zuhri.
"Dasar jin galak, gua kan ga pernah belajar bahasa Inggeris" Zuhri mengelus-elus kepalanya.
"Nah sekarang yang kamu lakukan tinggal ke lif dekat tangga kecemasan terus masuk ke dalamnya!"
"Terus? Masa gitu aja? "
"Udah ikutin aja kata gua, selanjutnya lu tinggal liat sendiri, sana cepet!" Perintah Jin Dildo.
Masih antara percaya dan tidak, juga takut gagal seperti sebelumnya, Zuhri mengikuti saja apa kata jin itu. Ia melangkahkan kakinya menuju lift yang dimaksudkan. 'Ting' selepas tiga minit akhirnya lif membuka di tingkat 12, di dalam nampak seorang lelaki berkumis tipis berusia 40tahunan bertubuh agak gemuk dan seorang lelaki setengah baya berambut sudah mulai memutih yang tubuhnya sudah mulai bongkok.
"Yang bener aja? Isinya kok kaya gini? masa gua disuruh main pedang-pedangan ama mereka? "keluh Zuhri dalam hati memandang pada kedua-dua orang itu.
"He ... mau masuk atau ngga? Kok malah bengong disitu? "Tanya si lelaki berkumis tipis.
"Ehehe ... iya, iya saya mau masuk!" Ia memilih untuk masuk saja kerana ingin menguji kemampuan si Jin Dildo.
Setelah pintu menutup lif naik ke atas, detik demi detik terasa lama bagi Zuhri yang sudah was-was takut kalau pesta seks yang dimaksudkan si jin adalah bersama kedua-dua orang ini.
"Aduh emak harusnya gua gak masuk tadi, mana Non Arlinenya, tadi banci tin, sekarang masak sama dua bandot ini sih?" Keluh Zuhri dalam hati sambil menjeduk-jedukkan kepalanya pelan ke dinding lif.
"Nih orang kenapa sih? Nasib ... nasib udah pulang malam, selift ama wong gendeng lagi "kata si lelaki gemuk dalam hati sambil memandang aneh pada office boy itu.
Si pak tua juga mengernyitkan dahi melihat tingkah aneh pemuda itu. 'Ting' lif membuka di tingkat 16, kali ini barulah mata Zuhri berbinar-binar karena yang masuk memang sesuai harapan. Seorang gadis berambut panjang berparas cantik, tubuhnya yang ideal dibungkus kemeja putih dengan aksen tempat-tempat pada pinggirannya serta rok bermotif senada dengan motif pakaian atasnya. Gadis ini bernama Karina, 22 tahun, setiausaha salah satu syarikat di gedung ini. Bukan hanya Zuhri, kedua-dua orang lelaki itu juga turut terpesona pada kecantikan Karina. Lif kembali menutup dan kini menuju ke bawah, di tingkat 12, 'ting', inilah yang diharap-harapkan Zuhri sejak tadi, wajahnya langsung berubah cerah melihat yang menunggu di depan pintu lif. Si cantik Arline kini hendak pulang, ia membawa map dan tas jinjingnya dan melangkah memasuki lif itu.
Karina
Kini di dalam lif ada dua orang gadis cantik dan tiga orang lelaki. Lelaki gemuk berkumis tipis itu bernama Nurdin, seorang pekerja salah satu syarikat di gedung ini yang juga baru selesai kerja dan hendak pulang, sementara pak tua itu biasa dipanggil Pak Oding, seorang pegawai pembersihan tandas. Ketika lif baru saja melewati lantai 8, tiba-tiba terdengar bunyi seperti benturan dan lif berhenti diikuti sedikit goncangan yang membuat kedua-dua gadis tersebut menjerit panik. Pak Nurdin, yang berdiri dekat butang lif, cuba berinisiatif dengan menekan butang OPEN, namun pintu lift tidak mahu terbuka, begitu juga tidak ada reaksi ketika dia menekan butang lain sembarangan. Nampaknya mereka terjebak di dalam lift itu.
"Gi ... gimana ini?" Karina kelihatan panik sambil memandang semua orang di lif.
"Jangan panik! Sebentar lagi pasti ada yang memperbaiki lif ini, anu Pak tekan butang yang gambar loceng itu buat panggil pegawai "ujar Zuhri pada Pak Nurdin cuba menenangkan Karina dan Arline.
"Mana? Kok gak jalan nih? Masa intercomnya juga mati? "Kata Pak Nurdin memencet-mencet butang itu tanpa ada suara balasan dari sana.
"Tenang ... tenang, saya cuba hubungi orang di luar pake HP!" Sahut Arline yang kelihatan lebih tenang seraya mengeluarkan HP dari tasnya, semua menatap penuh harap padanya.
"Oh my God ..." katanya dengan ekspresi dongkol menatap layar ponselnya
"Kenapa Non?" Tanya Pak Oding
"Gak ... gak ada isyarat ... duh ayo dong ayo!!" Kata gadis itu sambil berjalan ke arah lain dan menggerak-gerakkan tangannya yang memegang telefon berusaha mencari isyarat namun usahanya sia-sia.
"Ada yang punya HP lagi ga?" Tanyanya memandang pada Karina.
"Gak ... punya gua juga baru habis batere tadi sekarang gak nyala" Karina menggeleng, wajahnya kelihatan makin cemas.
"Ada ... coba yang saya!" Pak Nurdin akan membuka tas kerjanya dan mengeluarkan ponselnya, "waduh sialan ... gak ada isyarat juga!" Keluhnya sambil menyentak kaki.
Zuhri dan pak tua Oding menggeleng kerana mereka tidak punya telefon.
"Gawat, kita terkurung di sini tanpa bisa hubungin orang di luar" kata Pak Nurdin sambil geleng-geleng kepala.
Kelima orang itu terdiam menyandarkan punggung masing-masing ke dinding lif sambil memikirkan jalan keluar. Pak Nurdin masih mondar mandir berusaha mencari isyarat.
"Itu Jin gimana sih? Tadi gua ampir dimangsa banci tin, sekarang gua dikurung di lif? Mana pesta seksnya? "Keluh Zuhri dalam hati, ia merasa tidak ada tanda-tanda ke arah sana kerana sekarang semua sedang memikirkan untuk mencari jalan keluar dari sini.
Lima minit berlalu, suhu di dalam lif semakin meningkat tapi belum ada tanda-tanda positif.Arline menekan-nekan butang di lif berharap ada reaksi namun hasilnya sia-sia.
"Apa kita bakal lama di sini? Sa ... saya mula ssshh ... ga enak badan "kata Karina yang tiba-tiba merasa gerah yang tidak wajar, ia merasakan jantungnya berdetak makin kencang, darahnya makin berdesir dan dirasakannya selangkangannya pun mulai mengeluarkan cecair tanpa bisa ia kendalikan.
Dilihatnya Arline, ternyata gadis itu pun mengalami hal yang sama. Ia mulai kelihatan tidak tenang dan gelisah, kakinya pun ditutup rapat sambil mulutnya menggigit bibir bawahnya.Namun ia sedapat mungkin menyembunyikan perasaan aneh itu agar tidak kelihatan yang lain. Bukan hanya dialami kedua-dua gadis itu, hal serupa pun dirasakan oleh ketiga-tiga lelaki di dalam lif itu. Hormon-hormon seks mereka seperti bergolak sehingga zakar mereka mengeras menyesakkan seluar, mata mereka pun memandang nanar pada kedua-dua gadis cantik yang terjebak bersama mereka. Zuhri mulai menyedari ini pastilah hasil perbuatan Jin Dildo, tapi belum berani bertindak apa-apa, yang lain pun jadi tidak bersuara memendam birahi yang tiba-tiba melanda mereka itu sehingga suasana di lif sempat hening sejenak, yang terdengar hanya suara nafas yang mulai tidak teratur dan suara tubuh bergeser sedikit. Pak Nurdin beberapa kali mengelap keringat di dahinya dengan saputangan, ia juga hairan mengapa dalam situasi seperti ini birahinya datang tiba-tiba. Mata Karina merem-melek, ia sudah tidak tahan lagi dengan libido yang semakin bergolak dalam tubuhnya, ia pun mendekati Pak Nurdin yang berdiri paling dekat dengannya.
"Pak ... ssshh ... tolong yah, saya udah gak tahan!" Selesai berkata ia langsung memeluk lelaki tambun itu dan melumat bibir tebalnya.
"Non saya juga ikutan yah ... sama nih gak tahan!" Kata si pak tua penjaga toilet sambil mendekap tubuh Karina dari belakang, tangannya langsung menggerayangi bahagian dada gadis itu dari luar kemeja kerjanya.
Zuhri dan Arline melopong-bengong memandangi Karina berciuman panas di antara kedua-dua lelaki itu. Walaupun kedua-duanya juga telah terangsang berat namun belum berani mengungkapkannya. Sementara itu, Karina dan kedua-dua lelaki itu semakin panas saja, Pak Nurdin serta merta menyambut cumbuan gadis itu, tangannya merayap ke bawah menyingkap rok gadis itu dan mula membelai paha belakangnya. Di belakangnya, Pak Oding mulai mempreteli kancing baju gadis itu satu persatu hingga akhirnya pakaian itu terbuka dan terlihatlah bra ungu di baliknya.
"Ka ... kalian ngapaian?" Tanya Arline terperangah memandangi mereka, ia sendiri semakin terangsang, tangannya yang dilipat di dada diam-diam meramas teteknya sendiri dari balik kemejanya.
"Hei ... tunggu apa lagi tuh? Bengong aja? "Zuhri tiba-tiba mendengar bisikan tanpa wujud di telinganya.
Mata Zuhri bergantian memandangi Arline dan Karina, kemaluannya telah mengeras namun sebagai seorang lelaki yang pemalu dan belum pernah menyentuh perempuan ia masih belum berani bergabung.
"Hehehe ... dasar perjaka tingting, cewek idamanlu udah horny juga ... tinggal lu sikat, tunggu apa lagi!" Kata bisikan itu lagi.
Dengan gemetar tangan Zuhri bergerak ke bawah mencolek pantat Arline.
"Aawww!!" Arline memekik dan langsung memelototi Zuhri, "kamu kurang ajar ... mmhhh!"
Gadis itu mendorong Zuhri ke dinding lif lalu secepat kilat memagut bibir Zuhri dengan bibirnya. Walau agak kaget, Zuhri pasrah ketika lidah gadis itu merangsek masuk ke dalam rongga mulutnya. Satu tangan Arline mengelus-elus bahagian depan seluar Zuhri, sementara tangan yang lain menelusuri dada dan perutnya.
Arline menarik turun resleting celana office boy itu lalu tangannya langsung menyusup masuk ke celana dalamnya menggaul benda panjang di baliknya. Setelah itu ia melepas ciumannya dari bibir Zuhri dan berlutut di depannya, dipelorotinya seluar panjang lelaki itu beserta seluar dalamnya. Zakar yang hitam dan panjang itu langsung mengacung di depan wajah cantiknya.
"Uoohh!" Zuhri mendesah nikmat ketika untuk pertama kalinya kepala penisnya yang bersunat itu dijilati oleh seorang wanita.
Ia bengong melihat penisnya dimainkan oleh Arline, gadis itu mengocoki penisnya sambil menjilat kepala dan batang penisnya. Sementara di depannya, Karina masih berciuman dengan panas dengan Pak Nurdin, namun kini semua kancing pakaiannya telah terbuka, kedua-dua cup bra nya juga telah terangkat sehingga payudaranya yang berukuran sedang itu menyembul keluar.
"Apa yang terjadi? Ini masih di lif, mereka ini siapa sampai aku boleh berbuat begini dengan mereka? tapi ... tapi aku gak bisa mencegah, malah menikmati semua ini? Kenapa ini? "Karina bertanya-tanya dalam hati.
Setiausaha cantik itu tidak mengerti kerana dalam hatinya dia sama sekali tak menginginkan percumbuan ini, tapi entah kenapa ia hanya bisa diam dan tak sanggup menolaknya. Ia merasa tubuhnya bertindak balas di luar kawalannya, libidonya seperti meledak-ledak menuntut pemuasan dengan cara apapun juga. Lidahnya mula mengikuti permainan lidah Pak Nurdin dan bibirnya pun ikut menghisap mulut lelaki tambun itu. Putingnya semakin mengeras saja ketika tangan keriput Pak Oding meremasi teteknya dan jari-jarinya yang nakal memencet dan menggentel-gentel putingnya. Pak Nurdin mengangkat roknya dan tangannya merambat naik mengelusi paha mulusnya. Sensasi nikmat itu semakin bertambah ketika ia merasakan paha yang satunya juga dielus-elus oleh si penjaga tandas yang mendakapnya dari belakang. Ia menggerakkan bola matanya ke samping dan melihat Arline sedang berlutut di depan office boy itu dan mengoral penisnya dengan bernafsu.
"Ada apa sebenarnya ini? Semua ngeseks tanpa malu-malu di tempat ini? Aku ... aku ... aahh! "Karina makin bingung dan tidak mampu mengendalikan diri lagi, apalagi rangsangan demi rangsangan semakin membuatnya terbuai.
"Uhhh ... Non, enak banget ... oohh ... geli ... asyik!" Zuhri menceracau tak karuan merasakan permainan mulut Arline pada penisnya, lidahnya yang hangat itu menjilati memainkan kepala penisnya, kadang-kadang menjilat lubang kencingnya, dipadu dengan hisapan dan kulumannya, kepala gadis itu nampak maju mundur melayani zakar Zuhri.
Lima minit kemudian, tiba-tiba Arline menghentikan sepongannya membuat Zuhri yang sedang asyik-asyiknya menikmati perkhidmatan mulutnya kecewa. Tatapan mata gadis itu begitu sayu dan wajahnya merona merah pertanda ia telah dilanda birahi tingkat tinggi.Tanpa dikomando, Zuhri menyandarkan tubuh gadis itu ke sudut lif lalu berjongkok di hadapannya. Tangannya akan mengangkat rok hitam yang dikenakan gadis itu dan diciuminya bahagian selangkangannya yang masih tertutup celana dalam dan stoking. Ia menggesek-gesekkan jarinya pada bahagian tengah selangkangan gadis itu sehingga wilayah itu semakin berlendir dan merembes hingga membasahi seluar dalamnya. Zuhri mulai menurunkan perlahan-lahan stoking dan seluar dalam yang dipakai gadis itu. Arline yang sudah dikuasai nafsunya juga melepaskan kasut haknya, lalu mengangkat kakinya satu demi satu membiarkan seluar dalam dan stocking itu lepas. Kini terpampang sudah paha Arline yang mulus juga kemaluannya yang berbulu hitam lebat itu.
"Ooohh .... Ssshhh ... yaahh!" Erang Arline sambil menggigit bibir bawah dan meremasi rambut Zuhri ketika lidah lelaki itu menjilat bibir vaginanya.
Arline mendesah nikmat walaupun teknik menjilat Zuhri tidak berpengalaman, situasi lah yang membakar birahinya. Apalagi kini di hadapannya, Karina yang pakaiannya telah terbuka tengah berlutut sambil menyepong dan mengocok zakar Pak Oding dan Pak Nurdin secara bergantian. Kedua-dua lelaki itu mendesah-desah kerana kelihaian Karina memanjakan zakar mereka. Sesekali matanya yang bulat indah melirik ke arah mereka yang merem melek keenakan, sungguh seksi ekspresinya ketika itu. Lima minit kemudian, Pak Nurdin yang ingin mendapat kenikmatan lebih, melepaskan kocokanku dan pindah berlutut di belakang si setiausaha cantik itu. Ia angkat pantat gadis itu hingga sedikit menungging, roknya diangkat hingga sepinggang kemudian ia menurunkan celana dalam krem yang masih pada tempatnya itu.
"Aaahhh!" Karina mendesah dan menggeliat merasakan benda tumpul bergesel dengan bibir vaginanya.
"Masukin aja Pak, saya udah kepengen banget!" Pinta Karina sambil menengok ke belakang.
Pak Nurdin pun tanpa buang masa akan menekan kepala penisnya memasuki vagina gadis itu yang telah becak. Erangan Karina mengiringi proses penetrasi itu.
"Eengghh ... enak Non, hangat, legit!" Komen Pak Nurdin menikmati jepitan vagina Karina.
Lelaki tambun itu pun mulai menggenjot tubuh Karina, tangannya meraih payudara gadis itu dan meremasinya dengan gemas.
"Yuk Non, nyepongnya terusin dong!" Sahut Pak Oding seraya penuhkan penisnya yang sempat terabaikan sejenak ketika penetrasi tadi ke mulut gadis itu.
Karina semakin bersemangat mengoral zakar pak tua itu sambil menikmati pukulan-pukulan Pak Nurdin. Penis itu dihisapnya kuat-kuat, sesekali lidahnya menjilat 'helm'nya. Teknik ini membuat Pak Oding Blingsatan tak karuan sampai dia menekan-nekan kepalaku ke selangkangannya. Pemukul terhadap juga semakin dahsyat hingga desahan ketiga lelaki ini memenuhi ruangan lift.
"Nnnhhh ... nnnnhhh ..." lenguh Pak Nurdin merasakan setiap sensasi sepit daging kemaluan Karina, benar-benar nikmat faraj si setiausaha cantik itu, ia makin bernafsu merojok-rojokkan penisnya ke liang senggama Karina.
Setelah beberapa saat lamanya disetubuhi Pak Nurdin, tiba-tiba badan Karina mengejang, kedua-dua kakinya dirapatkan.
"AAAAGGHHH ... ...." Erang Karina mencapai orgasme yang dahsyat.
Tubuhnya menggelinjang kemudian melemah, tangannya masih mengocok zakar Pak Oding, vaginanya yang terlihat mengeluarkan cecair membasahi selangkangannya begitu Pak Nurdin mencabut penisnya. Setelah beberapa lama persetubuhan itu berlangsung. akhirnya lelaki tambun itu pun menyemprotkan spermanya dengan pukulan yang keras ke dalam faraj Karina.
Arline yang sedang menikmati jilatan Zuhri pada vaginanya semakin terangsang menyaksikan Karina digarap kedua lelaki itu. Ia membuka kancing kemejanya sendiri dan mengeluarkan teteknya dari balik cup branya. Ia meremasi teteknya sendiri dan memain-mainkan putingnya yang telah mengeras. Ia merasa ada sesuatu yang merasukinya sehingga tidak mampu menahan hasrat dan tidak malu-malu lagi bertingkah binal seperti ini.
"Sssshh ... udah ... cepet masukin, gua udah kepengen nih!" Arline menarik rambut Zuhri yang sedang menghisap cipapnya.
"Uuppsss ... sabar Non kok dorong-dorong gitu!" Kata Zuhri kerana didorong gadis itu hinggu terduduk di lantai lif.
Dengan agresif Arline akan naik ke selangkangan Zuhri dan meraih penisnya. Zuhri melongo dan nafasnya semakin memburu melihat wajah Arline yang telah memerah dan dadanya yang terbuka memperlihatkan sepasang payudaranya yang bulat montok.
"Uuuuhh ... Non!!" Erang Zuhri dengan mata membeliak melepas keperjakaannya yang telah berlangsung selama tiga dekad, vagina Arline menelan penisnya perlahan-lahan, menjepit dan memberi kehangatan pada penisnya.
"Aaaahhh!" Arline juga mendesah seiring tubuhnya yang menekan ke bawah menyatukan tubuhnya dengan tubuh si office boy itu.
Tanpa menunggu lama, gadis itu mula menaik-turunkan tubuhnya di atas zakar Zuhri. Mata mereka saling bertatapan, wajah Arline yang terangsang berat dengan tatapan matanya yang liar itu sungguh membuat Zuhri semakin terpesona. Ia melepaskan kemeja dan bra gadis itu sehingga kini tubuh bahagian atas Arline topless, yang tersisa tinggal roknya yang telah terangkat hingga pinggang dan stoking yang membalut paha jenjangnya. Mata Zuhri menatap nanar pada buah dada Arline yang terpampang tepat di depan wajahnya.Tangannya meraih payudara kanannya dan mulutnya melumat yang kiri.
"Slllphhhhhh ... slllppphhhh ... ckkk ... slllphhhh" lidah Zuhri menjilati putting Arlline kemudian mulutnya memangut bulatan teteknya yang putih besar tanpa meninggalkannya satu centi-pun, dengan lembut Zuhri mengusap-ngusap bongkahan payudara gadis itu.
Arline mendakap kuat kepala Zuhri yang tengah asyik menyusu di dadanya. Mulut office boy itu memanguti beberapa tempat sehingga Arline mendesah tak karuan, ghairahnya melonjak-lonjak tanpa tertahankan. Arline sempat menjerit beberapa kali, gerak naik-turunnya pun makin cepat sehingga membuat Zuhri sedikit ngilu pada selangkangannya kerana bolanya beberapa kali tertekan, namun kenikmatan yang didapati jauh lebih besar.
Setelah Pak Nurdin mencapai orgasme bersama Karina, Pak Oding, si penjaga wc tua itu buru-buru menggantikan kedudukannya. Ia mengambil tempat di antara kedua-dua paha Karina yang setengah berbaring di lif dengan menumpukan kedua sikunya pada lantai lif.
"Bapak entot yah Non!" Katanya meminta izin sambil menempelkan kepala penisnya pada bibir vagina si setiausaha cantik.
Karina mengangguk sambil mendesah pelan, beliau meraih zakar itu membantunya masuk ke vaginanya yang gatal dan menunggu dengan gelisah tanpa sabar. Dituntunnya zakar lelaki setengah baya itu menuju liang cipapnya. Ia merasakan injap bibir kemaluannya terus mengencang seakan tidak rela zakar lelaki itu menembusnya. Ia merasakan kegatalan pada tepi-tepi klitorisnya yang terus mengeras tegang dan ketat menahan tusukan zakar Pak Oding. Tetapi itu hanyalah ironi dari keinginan yang meledak-ledak dalam bentuk penolakan "jangan - tidak" yang dibarengi gelinjang-gelinjang nafsu birahi dari seluruh tubuhnya. Pada akhirnya semuanya tak ada yang mampu menghalang. Zakar Pak Oding dengan kepala mirip cendawan itu secara perlahan dan pasti telah merangsek maju, menggedor-gedor gerbang vaginanya secara pasti dan tanpa kenal menyerah. Karina merasakan mili demi mili zakar Pak Oding menerobos bibir dan kemudian dinding awal menuju liang kenikmatannya. Ia mendengar dan merasakan bagaimana lenguh dan desah lelaki tua itu saat penisnya melesak masuk di lubang sempitnya. Karina mengerak-gerakkan pinggulnya memancing untuk lelaki itu mengocoknya. Setiap ada sedikit gesekan antar kelamin mereka, memberinya kenikmatan yang khas dan vaginanya sepertinya mengerti, ia merasa vaginaku makin becek saja. Pak Oding bergumam tidak jelas, nafasnya tidak teratur, dia mulai memaju-mundurkan penisnya dengan frekuensi sedang dan stabil, kadang-kadang memutarkannya seperti mengacau sehingga membuat setiausaha cantik itu menggelinjang tak karuan. Di tengah genjotannya, tangan si penjaga wc tidak pernah absen melayari kemulusan tubuh Karina. Pinggul gadis itu bergerak liar tanpa terkawal akibat kenikmatan yang melandanya, demikian pula erangan dari mulutnya. Ia tidak perduli lagi, ia hanya perduli akan kenikmatan yang sedang dirasakannya, tidak perduli dengan orang lain di lif ini kerana semua sedang larut dalam birahi. Sedikit lagi ... yah sedikit lagi ... ia bergerak semakin liar merasakan orgasme yang sudah mendekat. Hingga satu titik ... ia melolong panjang, seluruh otot tubuhnya mengejang seolah diterpa suatu gelombang yang dahsyat. Selama beberapa saat ia merasa kosong dan akhirnya kembali melemas.
Pak Nurdin yang penisnya sudah keras lagi mendekati Arline yang sedang woman on top di atas selangkanan Zuhri.
"Masukin ke mulut ya!" Perintah Pak Nurdin memegang batang penisnya yang terarah ke wajah gadis itu.
Arline yang gairahnya sudah di ubun-ubun tanpa malu-malu meraih penis itu dan memasukkan kepala zakar itu ke mulutnya. Pak Nurdin mendesah merasakan kehangatan mulutnya, sentuhan lidahnya memberi sensasi nikmat padanya. Kerana ukurannya lumayan besar, sesekali Arline mengeluarkan zakar itu dari mulutnya untuk dilancapnya pelan, kemudian dikulumnya lagi. Zakar itu semakin mengeras dan berkedut-kedut di dalam mulutnya. Sesungguhnya Zuhri merasa sedikit cemburu melihat Arline yang dipujanya mengoral zakar si gendut Nurdin, namun juga makin terangsang sehingga ia makin sering menyentak-nyentakkan pinggulnya ke atas sehingga penisnya makin menghujam ke dalam faraj gadis itu. Jepitan vagina Arline ditambah goyangannya yang liar benar-benar memberikan Zuhri sensasi luar biasa. Sebentar lagi ia akan mencapai puncak ditandai dengan penisnya yang semakin berdenyut.
"Aahh ... Non ... enakkkhhh ... Non Arline ... uuuhh!" Desah Zuhri dengan mata membeliak-beliak dan tangan meremasi payudara gadis itu merasakan klimaks yang semakin dekat.
Akhirnya dengan erangan panjang Zuhri merasakan penisnya menyemprotkan isinya ke dalam faraj Arline. Cecair itu memenuhi vagina Arline sehingga membuatnya licin dan terdengar bunyi berdecak ketika kelamin mereka bertumbukan. Zuhri meraih orgasme pertama yang dahsyat dari gadis itu, bahkan setelah spermanya tidak keluar lagi, Arline masih tetap naik turun di atas selangkangannya. Goyangannya baru beransur-ansur berkurang ketika zakar Zuhri mulai melemas lagi. Pak Nurdin memberi syarat untuk ganti posisi, beliau meraih lengan gadis itu dan membantunya berdiri. Arline kini bersandar ke pintu lif dengan pinggul menungging. Lelaki tambun itu mendekap tubuh langsingnya dari belakang dan menempelkan kepala penisnya pada selangkangan gadis itu.
"Aaaahhh ... Pak!" Erang Arline ketika dirasakannya benda tumpul menyentuh bibir vaginanya dan menekan masuk.
Pak Nurdin akan menghela pinggulnya selepas berjaya menancapkan penisnya pada vagina gadis itu. Kini tubuh keduanya berpacu mencapai kenikmatan.
"Eeehh ... Non ... apain?" Tanya Zuhri pada Karina yang merangkak mendekati dirinya yang masih terduduk di lantai lif.
Karina tidak menjawabnya, namun sorot matanya yang sayu mengatakan ia ingin bercinta.Tanpa berkata apa-apa tangannya meraih zakar Zuhri lalu ia menundukkan kepala ke arah situ dan 'hap' zakar itu pun masuk ke mulutnya.
"Wuaduhh ... Non, uhhh ... hhhhsss .... Uenak!" Erang Zuhri sambil meramas-ramas rambut setiausaha cantik itu.
Lidah Karina bergerak liar menyapu kepala zakar dan lubang kencing si office boy itu sehingga membuatnya berkelejotan dan merem melek keenakan. Sebentar saja zakar Zuhri sudah mengeras lagi setelah sebelumnya sempat menyusut pasca orgasme dengan Arline tadi.
"Sshhh ... udah dulu Non ... ntar keburu keluar lagi!" Sahut Zuhri seraya mengangkat kepala Karina sehingga penisnya terlepas dari mulut gadis itu.
Ia membaringkan tubuh Karina yang yang pakaiannya sudah terbuka sana-sini itu di tingkat lif dan berlutut di antara kedua-dua pahanya.
"Iyah ... cepet masukin!" Pinta Karina lirih, ia membuka lebar kedua pahanya dan jarinya membukakan bibir vaginanya yang sudah sangat basah.
"Hihihi ... hoki lu, baru lepas perjaka dah dapet dua bidadari!" Kata sebuah suara tanpa wujud yang hanya boleh didengar Zuhri.
Zuhri menempelkan kepala penisnya pada bibir faraj Karina dan menekannya. Karina mengerang dan tubuhnya menggeliat ketika penis itu menerobos masuk menggesek dinding-dinding vaginanya yang peret.
"Uuhh ... enaknya!" Kata Zuhri dalam hati menikmati sempitnya himpitan faraj Karina pada penisnya.
Sebentar kemudian ia mulai menggenjot vagina Karina setelah menaikkan kedua-dua betis gadis itu ke bahunya. Sambil berpegangan pada kedua-dua paha gadis itu, Zuhri semakin bernafsu menyetubuhinya. Karina mendesah-desah nikmat sambil meramas-ramas teteknya sendiri.
Kini Karina tak boleh memikirkan apapun selain merasakan kenikmatan yang amat sangat yang melanda vaginanya. Setiap genjotan Zuhri memaksanya merintih keenakan, apalagi kadang ia memukul dengan keras, membuatnya melayang didera kenikmatan yang luar biasa.Sensasi ini masih ditambah dengan datangnya Pak Oding yang minta jatah lagi, ia berlutut di sebelah kepala gadis itu yang langsung membuka mulutnya. Lelaki tua itu akan melesakkan penisnya untuk mendapatkan servis oral dari Karina. Kurang lebih lima minit kemudian, Pak Oding menarik lepas penisnya yang telah mengeras lagi dari mulut Karina. Namun ia kini mendekati Arline yang sedang digarap oleh Pak Nurdin dalam kedudukan berdiri. Si penjaga wc tua menarik wajah gadis itu dan melumat bibirnya, tangannya yang keriput meraih teteknya dan meremasinya. Sementara itu, Zuhri semakin cepat menggenjoti faraj Karina, ia merasakan penisnya semakin berdenyut-denyut dan sebentar lagi akan klimaks.
"Hhuuhh ... Non, enak bangethh ... hoohh ... hhsss!" Erangnya sambil terus memacu tubuhnya yang sudah bercucuran keringat.
"Terus Mas ... terussshh ... lebih kerasss!" Karina juga mengerang-ngerang nikmat, tangannya meraih leher Zuhri dan menariknya ke depan sehingga lelaki itu kini menindih tubuhnya.
Ia menggelinjang-gelinjang menikmati pukulan zakar Zuhri pada vaginanya sambil berpagutan dengan lelaki itu. Setelah kira-kira sepuluh minit, Zuhri mencapai orgasmenya dengan menyemburkan spermanya ke vagina Karina. Bersamaan dengan itu, Karina yang nafsunya sudah di awang-awang pun mencapai orgasmenya ketika dirasakannya pancutan hangat dalam vaginanya. Mereka berdua berbaring termengah-mengah keletihan. Saat itu Pak Nurdin juga baru saja melepas penisnya dari vagina Arline yang juga telah orgasme.Tubuh gadis itu merosot hingga duduk bersimpuh di lantai lif. Pak Nurdin mendekatkan penisnya yang masih keras ke wajahnya. Tahu apa yang harus dilakukan, Arline meraih zakar itu dan mengulumnya sementara tangannya yang satu meraih zakar Pak Oding dan mengocoknya lembut.
Zuhri mencabut penisnya dari vagina Karina, gadis itu lalu menggeser tubuhnya ke sebelah Arline dan mengangkatnya hingga duduk bersimpuh. Kini kedua-dua gadis itu dikepung tiga lelaki. Tangan dan mulut mereka bergantian mengulum dan mengocok zakar ketiganya. Pak Nurdin keluar lebih dulu, spermanya yang kental muncrat membasahi wajah dan sebahagian rambut Arline. Setelah melakukan cleaning service yang mantap, Arline beralih ke zakar si penjaga wc yang saat itu sedang dikacau oleh tangan Karina. Maka kini Arline mengoral Pak Oding dan Karina mengoral Zuhri, sementara Pak Nurdin yang baru orgasme bersandar lemas pada dinding lif. Tak sampai sepuluh minit kemudian, Pak Oding juga mencapai orgasmenya.Spermanya menyembur di dalam mulut Arline yang telah siap dengan teknik menghisapnya.Gadis itu nampak menumpukan menelan dan menghisap zakar tua itu sehingga tidak sedikitpun dari cairan sperma itu meleleh di pinggir mulutnya. Hisapannya tentu saja membuat Pak Oding makin menggelinjang.
"Uuuhh .... Aahhh ... Non, iseppphhh terusshh!" Erangnya garau
Sementara Zuhri juga merem-melek keenakan menikmati sapuan-sapuan lidah Karina pada penisnya. Selain mengoral, tangan gadis itu juga aktif mengocoki batang penisnya. Zuhri tidak sanggup lagi menahan penisnya yang makin berkedut-kedut hendak meletupkan sesuatu di dalamnya. Cret ... creett ... Uuhhh ... akhirnya Zuhri mendesah ketika meraih klimaksnya. Saat itu Karina sedang mengocok penisnya, gadis itu akan menyambut percikan cecair putih itu dengan membuka mulutnya. Sperma itu sebahagian besar masuk ke mulutnya, namun sebahagian yang lain membasahi bibir dan wajahnya. Karina meraih zakar itu dan menjilat sisa-sisa spermanya seolah tak rela tidak kebagian cecair itu. Keduanya lalu berpelukan dan berciuman dengan penuh nafsu, payudara mereka saling berhimpitan. Arline menjilat ceceran sperma pada wajah Karina, sementara ketiga pejantan itu telah terduduk lemas di pinggir lif.
Beberapa minit kemudian, semua yang di dalam lif mula sedar, kembali ke alam nyata.Perlahan akal sehat mereka kembali pulih kerana birahi yang tadi selalu menyala walaupun selesai bercinta, sekarang tampaknya sudah terpuaskan. Kedua-dua gadis itu buru-buru memunguti pakaian mereka dan dengan tergesa-gesa memakainya. Zuhri melihat kebingungan dan malu tersirat di wajah kedua-dua gadis itu yang kelihatan begitu lelah setelah pesta seks di lif. Baik Arline mahupun Karina tak berani memandang tiga lelaki itu kerana merasa malu dengan apa yang baru saja mereka perbuat
"Ya Tuhan ... apa yang baru saja terjadi? Apa aku sudah menjadi pelacur yang tak bisa menahan nafsu sampai mau saja bercinta dengan orang-orang seperti ini? "Pikir Arline yang menyesali perbuatannya barusan.
"Ada apa barusan? semua jadi horny dan terlibat ML "pikir Karina yang tak sanggup berkata apa-apa, ia tak menemukan penjelasan yang masuk akal mengenai kejadian tadi itu.
Semua di lif itu dilanda kebingungan, lelaki saling pandang tidak tahu harus berkata apa.Tiga menitan setelah semua berpakaian, lif kembali menyala. 'Ting' lif membuka di lantai dasar, kedua-dua gadis itu buru-buru keluar walaupun sebenarnya mereka hendak menuju ke basement parkir. Zuhri kembali naik ke ruangannya untuk beres-beres bersiap pulang, hatinya dipenuhi dengan seribu tanda tanya dan rasa puas kerana telah berjaya bercinta dengan idolanya plus si setiausaha cantik Karina, sungguh sebuah pengalaman seks yang luar biasa yang belum tentu terulang lagi dalam hidupnya. Ia meraba saku celananya mencari dildo ajaib itu, namun benda-benda itu sudah tidak ada.
"Hehehe ... sudah puas kan?" Jin Dildo duduk di kerusi sambil tersenyum lebar pada Zuhri yang baru memasuki ruangannya.
"Wah om Jin hebat banget tadi itu, boleh ga minta permintaan lagi nih? Yah boleh yah! "Zuhri memohon kerana masih ingin mencicipi kenikmatan seperti tadi lagi.
"Eit ... eit, jangan serakah, tugas gua udah selesai sekarang, gua harus pergi sekarang, di dunia ini masih banyak orang lain yang fantasi seksnya belum dipenuhi yang memerlukan saya, lain waktu siapa tau kita bisa berjumpa lagi" Jin Dildo bangkit mengibaskan jubahnya menutupi tubuh kurusnya.
"Eeehh ... tunggu dong om Jin!" Sahut Zuhri menghampirinya namun asap tiba-tiba mengepul di sekitar Jin Dildo sebelum akhirnya menghilang bersama sosoknya.
"Yah hilang deh!" Zuhri menghela nafas kecewa, namun bagaimanapun ia puas kerana telah mewujudkan keinginannya.
Setelah beres-beres Zuhri pun mengunci ruangannya dan menuju ke arah lif untuk pulang.Ia bersiul-siul senang setelah kejadian barusan, dalam hatinya berfikir apakah Arline dan Karina akan memberinya jatah lagi hari-hari ke depannya. Jadi senyum-senyum sendiri ia membayangkannya.
"Eehh ... tunggu, tunggu sebentar!" Sahut Zuhri berlari kecil ke arah pintu lift yang mau menutup dari arah agak menyamping.
Pintu kembali membuka kerana ada orang dari dalam menekan butang open yang menahan pintu tersebut menutup lagi.
"Phewww ... makasih ya!" Kata Zuhri, "Hahhh!" Ia langsung tersentak kaget, jantungnya seakan mahu berhenti, melihat Ivan Gunawan yang ternyata menahan butang lif.
"Idih ... ternyata di sini, dicariin kemana aja daritadi!" Kata Ivan dengan gayanya yang khas.
"Wadooww!! Tobatt!! "Jerit Zuhri, sebelum ia sempat keluar lagi, pintu lif telah menutup dan si diva jadi-jadian itu telah meragut kerah belakangnya.
"Ooomm Jin ... tuollloonnggg!" Terdengar suara sayup-sayup dari dalam lif.
Sementara itu dildo berkepala babi itu kini telah tergeletak di tempat lain di dunia ini, menanti siapapun yang memungut dan mengeluarkan si jin penunggunya yang siap mewujudkan fantasi seks terliarnya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan